Laman

Rabu, 25 Januari 2012

Let Me Live Just One Day

Day after day
I just looking around
Here, in the white house
Just me, alone...

I saw the mirror
That's me
In the white dress
The face looks so pale

I don't have much time
This disease has made me paralyzed

But, could I ask something?
Let me live just one day
Let me see your face
Let me see your smile
Let me be your girlfriend
Just one day

It doesn't matter if my tears falling down after that
It doesn't matter if I'll die after that

As long as you remember me
As long as you don't hate me
I just wanna live for one day
Can you grant it?

Kamis, 12 Januari 2012

Awal Dari Sang Detektif

Title : The Boy-Sherlock Holmes : Eye of the Crow
Author : Shane Peacock
Rate : *****



Whoooooaaaaa.... Buku ini benar-benar luar biasa. Benar-benar membuatku takjub. Mulutku sampai menganga lebar, mataku tidak berkedip, dan jantungku berdegup kencang saat membaca setiap kalimat di dalam buku ini.

London 1867, saat itu Sherlock Holmes masih merupakan seorang bocah 13 tahun yang lugu dengan rasa ingin tahu dan daya pengamatan yang luar biasa. Sering kali, ia dimintai tolong oleh para tetangga di sekitar rumahnya untuk mencarikan barang mereka yang hilang.
Jika kalian berpikir bahwa Sherlock Holmes dibesarkan di lingkungan yang baik dan bersekolah di sekolah terbaik, kalian telah salah besar.

Buku ini mengungkap tentang betapa kelam dan tragis masa muda Sherlock Holmes. Ayahnya, Wilber Holmes adalah seorang mantan Profesor, dan ibunya, Rose Holmes adalah seorang wanita keturunan bangsawan yang mengajar les menyanyi. Lalu, jika Holmes memiliki orang tua yang luar biasa, mengapa hidupnya bisa begitu kelam?
Jawabannya adalah karena kisah cinta Wilber dan Rose Holmes tidak disetujui oleh kedua orang tua Rose. Orang tua Rose yang merupakan bangsawan London menutup semua akses dan tidak mengizinkan Wilber untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, dan Rose tidak lagi diakui sebagai bangsawan London. Itulah mengapa Sherlock Holmes tinggal di daerah kumuh dengan baju yang kusut.

Tapi, walaupun ia tidak mendapatkan pendidikan yang baik, ia mewarisi daya pengamatan dan kepintaran ayahnya yang luar biasa dan kemampuan akting yang dimiliki oleh ibunya. Perpaduan kedua bakat itu, menjadikan Sherlock seorang anak yang tidak biasa.
Hingga ia tidak sengaja tersangkut ke dalam kasus pembunuhan tragis seorang wanita. Tersangkanya adalah seorang Arab yang bekerja di toko daging. Orang Arab itu tertangkap basah menyimpan pisau besar yang berlumuran darah, terlebih lagi orang Arab itu tidak sengaja menginjak darah mayat wanita itu dan jejaknya tertinggal sampai ke rumahnya.
Holmes merasa yakin bahwa lelaki Arab itu tidak bersalah, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menemukan bukti bahwa lelaki Arab itu tidak bersalah.

Dalam waktu 3 minggu, Holmes harus menyelidiki dan mengungkap kejahatan itu.
Dan hal itu sama sekali tidak mudah. Bocah itu belum menjadi Sherlock Holmes yang terkenal, bocah itu masih hijau dan terlebih lagi ia menjadi buronan polisi karena disangka sebagai komplotan dari lelaki Arab yang akan segera dieksekusi itu.

Berbagai kejadian yang tak terduga akan kalian temukan pada setiap halaman buku ini.
Shane Peacock benar-benar sanggup membuat pembaca merasakan apa yang terjadi pada Sherlock Holmes. Kejadian demi kejadian dijelaskan secara detail, sehingga kita sebagai pembaca dapat 'melihat' secara jelas apa yang yang dilakukan oleh Holmes, detail pembunuhan, dan tempat-tempat yang diselidiki oleh Holmes.

Dengan keahlian alami Sherlock Holmes muda, ia dapat menyelesaikan kasus pembunuhan itu dengan luar biasa. Dan setelah kalian membaca habis buku ini, kalian pasti akan lupa bahwa Sherlock hanyalah seorang bocah 13 tahun.

Aku rekomendasikan buku ini pada semua pecinta novel misteri. Two Thumbs...