Laman

Jumat, 03 Februari 2012

Profesionalisme Sang Detektif

Title : The Boy-Sherlock Holmes : Death in the Air
Author : Shane Peacock
Rate : *****




Sebenarnya-waktu aku mampir ke Gramedia, Plaza Semanggi hari itu-, yang ingin ku beli adalah buku Pengantar Akuntansi. Tetapi, bukunya nggak ada dan yang tertangkap oleh mataku adalah buku ini. The Boys Sherlock Holmes yang kedua. Jadi, begitulah. Buku akuntansinya nggak dapat yang aku beli malah novel ini. Tapi aku memang lebih senang mendapatkan novel ini dibandingkan buku akuntansi. :p

London, musim panas, 1867. Enam minggu setelah Sherlock berhasil menyelesaikan kasus pertamanya, ia sudah kembali dihadapkan oleh kasus baru.
Monsieur Mercure, seorang bintang trapeze terkenal, tiba-tiba saja terjatuh dari ketinggian tiga puluh meter. Tubuhnya jatuh begitu saja, menghantam lantai kayu Crystal Palace yang keras.
Tentu saja polisi hanya menganggap hal ini sebagai kecelakaan biasa. Tetapi, Sherlock memiliki pikiran lain. Keganjilan pada batang trapeze yang patah membawanya pada suatu kesimpulan, kasus percobaan pembunuhan. Ya! Seseorang-atau beberapa-mencoba membunuh bintang trapeze terkenal itu dengan membuatnya seolah-olah itu adalah kecelakaan biasa.

Kali ini, Sherlock Holmes muda menunjukkan profesionalismenya sebagai seorang detektif. Ia menyelidiki, mengumpulkan fakta-fakta, menelusuri setiap kejadian, menginterogasi orang-orang yang ia anggap sebagai tersangka. Sampai semua itu menuntunnya pada suatu hasil yang membuatnya tersenyum lebar. Siapa yang akan menyangka bahwa jatuhnya Mercure ada hubungannya dengan uang yang hilang di Crystal Palace dan semua itu juga berhubungan dengan "tikus-tikus" jalanan Brixton, kelompok penjahat paling kejam dan paling licin di London, yang tidak akan segan-segan menghabisi nyawa orang untuk mencapai tujuan mereka.

Dan sekali lagi, Sherlock Holmes berhasil menutup kasusnya dengan sempurna.
Walaupun begitu, kepolisian masih belum mau mengakui kemampuan si bocah jenius itu.
Sherlock berjanji pada dirinya sendiri, ia berjanji bahwa ia akan mengembangkan otaknya setiap hari, berusaha keras sekolah, mempersiapkan diri untuk memasuki sebuah universitas suatu hari... dengan cara apa pun. Ia akan menjadi sebuah mesin penumpas kejahatan, yang tidak pernah disaksikan oleh seluruh penduduk Inggris sebelumnya.

Semua kejadian dalam novel ini membuat jantungku berdebar-debar.
Lagi-lagi two thumbs ku berikan kepada Shane Peacock.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar